Qanaah adalah suatu sikap yang rela menerima dan selalu merasa cukup dengan hasil yang sudah diusahakan serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas juga perasaan kurang. Dan seseorang bisa disebut bersifat qonaah apabila memiliki pendirian dengan apa yang telah diperoleh atau bersyukur atas yang ada pada dirinya karena semua adalah kehendak Allah.
Sikap Qana’ah
Setelah dijelaskan bahwa qana’ah merupakan sikap ridho menerima dan merasa cukup terhadap hasil yang telah diusahkannnya serta menjaukan diri dari rasa tidak puas serta perasaan kurang. Meskipun demikian, orang yang memiliki sikap qa’naah tidak berarti serta merta menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar.
Seorang Muslim kaya bisa saja memiliki harta berlimpah. Namun bukan untuk menumpuk kekayaannya tersebut. Tetapi kekayaan yang dimilikinya di dunia dibatasi dengan rambu-rambu yang telah Allah dan RasulNya tetapkan. Dari mulai dari mana dia mendapatkan, untuk apa harta tersebut dia pergunakan dan semisalnya.
Dengan demikian segala yang dimilikinya tidak pernah melalaikann dari mengingat Sang Maha Kaya, Justru kekayaannya menambah qana’ahnya juga mempertebal rasa syukurnya. Maka hendaklah dalam urusan dunia kita melihat orang yang berada di bawah kita. Sebaliknya untuk urusan Akhirat kita melihat orang yang diatas kita. Sebagaimana telah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam sabdakan dalam sebuah hadits.
عن ابى هريرة رضى الله عنه : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم. انظروا الى من اسفل منكم, ولا تنظروا الى من هو فوقكم فهو اجدر ان لا تزدروا نعمة الله عليكم. (متفق عليه)
Artinya; “Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Muttafaqun Alaih)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa yang merasa aman atas keluarganya, sehat badannya, ada sesuatu yang dimakan pada harinya maka seakan-akan dunia menjadi miliknya.” (HR. At Tirmidzi no. 2346)
Sungguh indah apa yang dikatakan oleh Abu Farras al-Hamdani: Kekayaan sejati adalah kekayaan akan diri sendiri. Meski kosong tanpa pangkat dan jabatan. Tiada sesuatu di atas kesederhanaan yang dianggap cukup. Namun, bila kamu berpuas diri, maka semuanya menjadi cukup. (Diwan Abi Farras, hlm. 223)
Maka dari itu, carilah harta yang bisa dibawa ke akhirat kelak sebagai bekal. Mau tahu apa itu? Sifat qana’ah. Ya, qana’ah merupakan harta yang paling berharga. Bahkan, qana’ah merupakan satu-satunya harta yang tak akan pernah berkurang.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Abu Bakar bin Muhammad Al-Munkadir RA, “Qana’ah itu harta yang tak akan berkurang.”
Oleh sebab itu, memelihara sifat qana’ah sudah barang tentu tidak merugikan diri Anda sama sekali. Walau terkadang, nafsu Anda akan menolak dengan keras terhadap apa yang Anda alami, kekurangan dalam hal keuangan misalnya, Anda harus tetap bisa menjaga diri Anda agar selalu berpikir positif terhadap apa yang Anda alami. Ingatlah, Allah SWT pasti memberikan yang terbaik pada Anda. Dan ketahuilah, prasangka Anda itulah yang menentukan. Maka berprasangka baik terhadap Allah, itulah doa kita yang sesungguhnya.