Kita sudah banyak belajar, namun kadang ilmu yang kita pelajari tidak membekas atau tidak manfaat. Bagaimana kita bisa tahu kalau ilmu tersebut bermanfaat?
Beberapa hal berikut bisa sebagai indikasi kalau ilmu yang kita pelajari selama ini bermanfaat.
Pertama:
Ilmu tersebut semakin membuat kita takut pada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)
Ibnul Qayyim menyatakan, “Ayat tersebut menunjukkan dua hal: (1) yang takut pada Allah hanyalah ulama, (2) tidaklah disebut alim (orang berilmu) kecuali punya rasa takut pada Allah. Yang takut pada Allah hanyalah ulama. Semakin hilang ilmu, semakin hilang rasa takut. Jika rasa takut hilang, maka ilmu pun akan makin redup.” (Syifa’ Al-‘Alil, 2: 949)
Kedua:
Ilmu tersebut mendorong kita untuk semakin semangat melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi maksiat.
Sebagian ulama salaf berkata, “Siapa yang takut pada Allah, maka dialah ‘alim, seorang yang berilmu. Siapa yang bermaksiat pada Allah, dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu).”
Ketiga:
Ilmu yang manfaat akan mengantarkan pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia.
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Sesungguhnya orang yang berilmu adalah orang yang zuhud pada dunia dan semangat mencari akhirat. Ia paham akan urusan agamanya dan rutin melakukan ibadah pada Rabbnya.”
Keempat:
Tawadhu’ (rendah hati) dan mudah menerima kebenaran dari siapa pun, lalu ingin menerapkan kebenaran tersebut.
Kelima:
Benci pujian dan enggan menyucikan diri sendiri, juga tidak suka ketenaran. Jika ia disanjung lalu menjadi populer bukan karena keinginan dan pilihannya, ia pun takut dengan rasa takut yang besar, takut akan akibat jeleknya.
Keenam:
Ilmu yang dipelajari tidak jadi kebanggaan dan kesombongan di hadapan lainnya. Ia tahu bahwa para salaf dahulu lebih mulia dan ia pun selalu berprasangka baik padanya.
Wallahu Ta’ala a’lam.
Sudahkah ilmu kita membuahkan hal-hal di atas sehingga dapat disebut ilmu itu manfaat? Semoga …
Dinukil dari bahasan Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-‘Allam, 10: 475-476.
اللَّهُمَّ انْفَعْنِى بِمَا عَلَّمْتَنِى وَعَلِّمْنِى مَا يَنْفَعُنِى وَزِدْنِى عِلْمًا
[Allahummanfa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’unii, wa zidnii ‘ilmaa]
“Ya Allah, berilah manfaat pada ilmu yang telah Engkau ajarkan padaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah aku ilmu.” (HR. Ibnu Majah, no. 251 dan Tirmidzi, no. 3599, shahih)
Ilmu Ini Ada Tiga Macam:
1. Ilmu tentang Allah, Nama-Nama, dan sifat-sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Contohnya adalah sebagaimana Allah menurunkan surat al-Ikhlaash, ayat Kursi, dan sebagainya.
2. Ilmu mengenai berita dari Allah tentang hal-hal yang telah terjadi dan akan terjadi di masa datang serta yang sedang terjadi. Contohnya adalah Allah menurunkan ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat Surga, sifat Neraka, dan sebagainya.
3. Ilmu mengenai perintah Allah yang berkaitan dengan hati dan perbuatan-perbuatan anggota tubuh, seperti beriman kepada Allah, ilmu pengetahuan tentang hati dan kondisinya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan. Dan hal ini masuk di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar keimanan dan tentang kaidah-kaidah Islam dan masuk di dalamnya ilmu yang membahas tentang perkataan dan perbuatan-perbuatan yang jelas, seperti ilmu-ilmu fiqih yang membahas tentang hukum amal perbuatan. Dan hal itu merupakan bagian dari ilmu agama. [4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah juga berkata, “Telah berkata Yahya bin ‘Ammar (wafat th. 422 H), ‘Ilmu itu ada lima:
1. Ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama, yaitu ilmu tauhid
2. Ilmu yang merupakan santapan agama, yaitu ilmu tentang mempelajari makna-makna Al-Qur-an dan hadits
3. Ilmu yang merupakan obat agama, yaitu ilmu fatwa. Apabila suatu musibah (malapetaka) datang kepada seorang hamba, ia membutuhkan orang yang mampu menyembuhkannya dari musibah itu, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu
4. Ilmu yang merupakan penyakit agama, yaitu ilmu kalam dan bid’ah, dan
5. Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama, yaitu ilmu sihir dan yang sepertinya.’” [5]
[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
Referensi:
Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Marram. Cetakan pertama, tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Fauzan Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.