Pengertian Lailatul Qadar
Lailatul qadar terdiri dari dua kata, lail atau lailah dan qadar. Kata lailah
adalah malam, menurut ilmu nahwu kata al-lailah yaitu mulai terbenamnya
matahari sampai terbitnya fajar shadiq (malam hari).
Sedangkan kata Al-Qadar
merupakan masdar dari lafadz qadartu aqdiru qadaron, yang dikehendaki dengan
qadar (ketentuan) adalah suatu yang ditentukan oleh Allah dari urusan-urusan.
Seperti dalam firman Allah yang artinya:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S.Al-Qamar/ 54: 49)
Kata al-Qadra adalah bentuk mufrod (makna satu), bila huruf tengah di
baca sukun (al-Qodra) merupakan bentuk masdar. Menurut Al-Wahidi al-Qadar
secara bahasa bermakna ketentuan, yakni menjadikan sesuatu menyamai dengan
yang lain tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Adapun qadar menurut
Al-Qurtubi ialah nilai yang tinggi atau yang mempunyai kedudukan yang tinggi.
Lailatul qadar sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Aziz Muhammad AsSalam adalah satu keutamaan pada bulan Ramadhan. Secara etimologis (harfiyah),
Lailatul qadar terdiri dari dua kata, yakni lail atau lailah yang berarti malam hari
dan qadar yang bermakna ukuran atau ketetapan. Secara terminologis (maknawi),
Lailatul qadar bermakna malam yang agung atau malam yang mulia. Ada juga
yang mengatakan bahwa Lailatul qadar adalah malam penetapan Allah bagi
perjalanan hidup manusia. Diturunkannya Al-Qur‟an sebagai penetapan jalan
hidup manusia yang harus dilalui, dengan berpaduan pada Al-Qur‟an.
Syeikh Ibnu Utsaimin menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Abu
Ibrahim Al-Maqdisi mengenai tiga alasan proses penamaan “Lailatul Qadar,” yaitu:
1. Kata Qadar berarti “kemuliaan,” penggunaan Qadar yang merujuk pada
kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An‟am/ 6: 91 yang berbicara tentang kaum musyrik:
Artinya: Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya dikala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
manusia.” Katakanlah “siapakah yang menurunkan kitab yang di bawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Kamu menjadikannya lembaran lembaran kertas, kamu memperhatikannya dan kamu sembunyikan sebagian
besarnya, padahal telah diajarkan kepada kamu apa yang kamu dan bapak-bapak
kamu tidak ketahui.” katakanlah “Allah (yang menurunkannya).” Kemudian,
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”
2. Karena pada malam itu Allah menentukan takdir untuk satu tahun. Pada
malam itu, Allah menggariskan apa-apa yang akan terjadi dalam satu tahun
ke depan.
3. Karena pada malam itu, ibadah memiliki qadar (takaran) yang sangat tinggi. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
Artinya: dan diceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, diceritakan kepada kita
Mu‟adz bin Hisyam,bapakku menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Abi Katsir,
berkata: diceritakan kepada kita Abu Salamah bin Abdur Rahman, sesungguhnya
Abu Hurairah menceritakan kepada mereka: sesungguhnya Rasulullah SAW
berkata: “Barang siapa berdiri (untuk ibadah) pada bulan Ramadhan, dengan iman
dan mengharap (pahala dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. Barang siapa berdiri (untuk ibadah) pada malam lailatul qadar, dengan iman
dan mengharap (pahala dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.”
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna lailatul qadar di atas
menjadi beberapa pendapat, antara lain: Mujahid berkata: ”dinamakan lailatul
qadar karena malam tersebut adalah malam hakim dan bisa berarti lailatul qadar
adalah malam keputusan.” Dinamakan malam keputusan karena sesungguhnya
Allah SWT menamakan lailatul qadar adalah malam yang dikehendaki sebagai
malam keputusan dari perkara Allah, dari tahun ini hingga tahun yang akan
datang, dari perkara kematian, ajal, rizki dan yang lainnya. Mengenai keputusan
perkara itu Allah menyerahkan semua urusan itu terhadap 4 malaikat, di
antaranya: Israfil, Mikail, Izra‟il, dan Jibril Alaihis Salam. Az-Zuhri berkata:
“dinamakan lailatul qadar karena pada malam itu memiliki kemuliaan dan
keagungan.” Abu Bakr Al-Warraq berkata: “dinamakan lailatul qadar karena
orang yang belum punya ketentuan (qadar), pada malam lailatul qadar ia
memilikinya jika menghidupkan malam itu.”
Al-Qurthubi mengatakan: “dinamakan lailatul qadar karena pada malam
lailatul qadar diturunkan kitab yang memiliki nilai tinggi (qadar) kepada Nabi
Muhammad yang mempunyai kedudukan tinggi, terhadap umat yang mempunyai
kedudukan tinggi.” Menurut satu pendapat dinamakan lailatul qadar karena pada
malam lailatul qadar turun para malaikat yang mempunyai kedudukan berpangkat.
Menurut pendapat lain dinamakan lailatul qadar karena pada malam lailatul qadar
Allah menurunkan kebaikan, berkah dan ampunan. Sahel berkata: “dinamakan
lailatul qadar karena pada malam lailatul qadar Allah menentukan rahmat
terhadap orang-orang mukmin. Dan Al-Kholil berkata: “dinamakan lailatul qadar
karena bumi pada malam lailatul qadar menjadi sempit sebab kehadiran para
malaikat. Seperti dalam firman Allah:8
Artinya: dan orang yang disempitkan rezkinya (Q.S. Ath-thaalaq/ 65: 7)
Hamka mengatakan, lailatul qadar adalah malam kemuliaan, karena
setengah dari arti qadar itu ialah kemuliaan. Bisa juga diartikan lailatul qadar
sebagai malam penentuan, karena pada waktu itulah mulai ditentukan khittah atau
langkah yang akan ditempuh Rasul di dalam memberi petunjuk bagi umat
manusia. Menurut Hamka jika lailatul qadar diartikan sebagai kemuliaan, maka
mulai pada malam itulah kemuliaan tertinggi dianugrahkan kepada Nabi SAW.
Karena itulah permulaan Malaikat Jibril menyatakan diri di hadapan beliau di
dalam gua Hira‟.
Pada malam itu pula perikemanusiaan diberi kemuliaan, dikeluarkan dari
zhulummat, kegelapan, kepada nur, cahaya petunjuk Allah yang gilang-gemilang.
Jika lailatul qadar diartikan penentuan, berarti di malam itu dimulai menentukan
garis pemisah di antara kufur dengan iman, jahiliyah dengan Islam, syirik dengan
tauhid, tidak kacau-balau lagi. Dari dua pengertian lailatul qadar tadi dapat diberi
kesimpulan bahwa malam itu adalah malam istimewa dari segala malam. Malam
mulai terang wahyu datang ke dunia kembali setelah terputus beberapa masa
dengan habisnya tugas Nabi yang terdahulu. Bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah penutup dari segala Nabi dan segala Rasul (Khatimul Anbiya‟ wal
Mursalin).
Sebagian ulama lain mengatakan bahwa sebab dinamakan lailatul qadar,
adalah karena Allah mentaqdirkan pada malam itu umur para manusia dan rezekirezeki mereka, yakni Allah menampakkan kepada para Malaikat yang diutus
mengurus keadaan para makhluk apa yang Allah tetapkan untuk tahun itu, yaitu
dari lailatul qadar sampai ke lailatul qadar yang akan datang.